Kejadian ini sudah lama banget, antara tahun 2005 atau 2006. Waktu itu seperti biasa. Momon, ario dan aku, kami bertiga selalu bertemu untuk sekedar mengobrol, duduk-duduk, ngerokok, ngobrol lagi, duduk-duduk lagi, ngerokok lagi, pokoknya wajib ketemu tiap hari.
Hari itu momon sedang asik berinovasi pada sebuah sepeda motor grand astrea ’95 milik dari kakak iparnya. Dari yang rencana semulanya hanya mengganti spakbor dan batok depan beserta lampu baru merembet sampai ke mesinnya yang di utak-atik. Yah, namanya juga hobi. Bukan, tepatnya kurang kerjaan.
Dugaan sementara pengapian motor bermasalah. Kami bertiga pada posisinya masing-masing, Momon memegang kabel busi, Ario siap pada posisi kaki untuk mengengkol motor, dan aku pada posisi paling nyaman, menyimak dari jok motor. Tiba-tiba saat bersamaan, selang bensin yang menuju ke karburator terlepas... “duarrrr” (sebenarnya nggak ada suaranya sih, ini dibuat-buat aja.) api pun dengan cepatnya membesar. Kami bertiga sedikit menjauh, selama beberapa detik hanya menatap dan berkata dalem hati “Apa ini? Apakah motor ini akan berubah menjadi sebuah robot? Seperti di film-film transformers? Apakah dia bagian dari decepticon atau autobots? Cukup. Motor ini hanya terbakar. Hah? Motor ini TERBAKAR!!! Tolooong.. Kebakaraaan..tolooong.. kami berteriak dan nggak tau harus ngapain.
Saat melihat api yang mulai agak besar, yang terpikir adalah air. Iya, air. Karena panik jadi nggak melihat adanya air (padahal disebelah rumah terdapat sebuah drum yang menampung air hujan, dan didepan rumahnya ada got/ parit dengan air yang mengalir) aku berlari kedalam warung makan. Saat itu masih panik dan bingung harus mencari air di mana.
Aku langsung menuju kedapur warung dan berharap ada secercah harapan disana sambil membayangkan ada sosok bidadari yang menyapa dan mengatakan “tenang sayang, kamu ganteng hari ini.” Pffftt..
Didalam dapur aku melihat sosok wanita, tepatnya ibu-ibu yang lagi asik jongkok mencuci piring dan disebelahnya terdapat sebuah baskom yang berisikan air. Binggo! Mataku berbinar-binar. Tanpa berfikir panjang, dan tanpa berkata apa-apa, baskom berisikan air aku angkat. Tidak, aku bawa lari sementara si ibu-ibu pembantu tadi sedang mengerjakan tugasnya. Eeeh, mau dibawa kemana anak ku mas? Maksudnya baskom tadi. (baiklah, dialognya aku ulang). Eeeh, mau dibawa kemana baskomnya mas? Woii..wooii..
Aku tak lagi mendengar jeritan si ibu itu. Karena takut semua orang disekitar warung tersebut panik, aku juga nggak mau berteriak-teriak kalau disebelah warung ada motor yag terbakar. Aku juga nggak seberapa yakin sih, motornya kebakar beneran atau kedua temen ku cuman iseng-iseng aja main api. Ntar kalau sudah pas tereak-tereak nyaring-nyaring gitu trus orang-orang sekampung denger panik pada datangan dan nggak taunya ini bukan kebakaran tapi ulah iseng tiga pemuda kampret yang lagi mencari jati diri.
Sesampainya diluar (dalem hati bangga, sempet mikir kalau aku akan jadi penyelamat kalian hari ini wahai manusia..hahahhaaa), aku segera menyiramkan seluruh air yang berada didalam baskom yang aku bawa, byuuurrr.. dan ternyata, nggak ngaruh sama sekali. Rasanya itu api sambil ketawa-ketawa trus ngomong, gatel nyet! Aku shiiyoook! Nggak tau harus berbuat apalagi.
Masa sih aku harus nyerah gitu aja, kalau motor ini kebakar, trus rumahnya ikutan kebakar, terus apinya membesar dan seluruh kampungku ikut terbakar juga? Gimana nasib kami bertiga? Gimana nasib warga-warga disini? Gimana kalau rumahku ikutan kena juga? Gimana nasib kasur kesayanganku? Sebagai manusia biasa aku takut. Oke, cukup!
Aku kembali berlari kedalam warung, dan kali ini tidak mudah. Beberapa ibu-ibu sudah berdiri didepanku, aku menatap mata mereka yang penuh dengan rasa penasaran, mereka seperti sudah nggak sabar menantikan gosip terbaru yang ditunggu-tunggu sekian lama. Ah, itu ada kebakaran diluar, kataku dengan nada datar biar nggak ada yang panik atau pingsan. DI MANA MAS?? KAPAN? SUDAH PADAM APA BELUM? TERUS SIAPA YANG BAKAR-BAKAR? APA YANG KEBAKAR MAS? JAWAB MAS.. JAWAB.. Ibu-ibu mulai panik. Aku jawab belum. Minta airnya lagi ya bu (mencoba tetep kalem biar dikatain cowok yang tegar, tabah, dan amanah).
Setelah sekitar sepuluh menit yang menegangkan itu api di motor sudah padam. Dan ekspresi yang pertama kali keluar dari kami bertiga adalah ketawa, haha.. goblok!
Eh, iya kronologisnya perlu diceritain juga ya? Baiklah.
Saat itu ada mas-mas yang tinggal disebelah rumah yang ikut memadamkan api menggunakan air yang ada didalam drum, ia sangat kuat, bahkan air dalam drum pun habis dalam sekejap ia guyur ke motor, byurrr... tadaaaa.. api pun lenyap dalam sekejap.
Gimana kabar kedua teman ku? Ternyata mereka selamat. Doa mereka berdua di ijabah sama Allah, alhamdulilah. Ternyata sementara aku berlari-lari mencari air. Mereka berdua? hanya sibuk panik. Pokoknya bengong, teriak-teriak, bengong lagi. Asem.
Setelah api padam, aku melihat sekeliling. Wah, banyak orang? Ada apa ini kumpul-kumpul? Bubar-bubar semua! Orang-orang yang tadinya lewat pada berhenti ikut nonton pertunjukan gratis.
Entahlah ya, sepertinya di mana ada kebakaran, orang-orang pada sibuk juga ndusel-ndusel, sempit-sempitan, berbondong-bondong menuju tempat kejadian untuk melihat bahkan kalau jaman sekarang moment kayak gitu katanya harus diabadikan kedalam bentuk gambar atau foto. Orang kena musibah mbok ya ditolong gitu bukannya di foto mbak, mas. (tapi kan ada petugas yang profesinya memang nolongin korban yang terkena musibah itu mas? Jadi kan ngapain kita ikut-ikutan capek) oke, ini masuk akal juga. Ah, aku labil.
Penderitaan pun berlanjut setelah hari itu. Akibat dari kejadian tersebut, spakbor depan, batok dan lampu depan motor yang baru diganti tidak dapat digunakan lagi. Oh iya, sebelum kejadian ini (motor terbakar) ternyata habis dipakai dan masuk parit ditikungan dekat rumah juga. Dan rusaknya pun dibagian yang sama. Aku sempat mikir, ini motor atau orang yang punya apes banget, belum pernah dibacain buku petunjuk pemakaian kendaraan yang baik dan benar kali ya.
Curiga rentetan indisen yang dialami motor ini secara beruntun di mana sebelumnya yaitu kecelakaan yang menyebabkan motor tersebut masuk di parit dan kali ini, motor ini terbakar sudah direncanakan sejak awal. Ini konspirasi, ini pasti konspirasi, kamera di mana kameranya...
Setelah dipikir, dilihat, ditimbang, dipikir lagi akhirnya keputusan sudah bulat. Motor tersebut harus dipotong rangkanya. Kok bisa? Lha yang rusak cuman di bagian depan motor aja , kok rangkanya ikut-ikutan mau dipotong? Bingung? Aku juga nggak tau isi kepala si momon ini. Iya, sekali lagi ini namanya hobi (hobi itu mahal).
Hari itu momon sedang asik berinovasi pada sebuah sepeda motor grand astrea ’95 milik dari kakak iparnya. Dari yang rencana semulanya hanya mengganti spakbor dan batok depan beserta lampu baru merembet sampai ke mesinnya yang di utak-atik. Yah, namanya juga hobi. Bukan, tepatnya kurang kerjaan.
Dugaan sementara pengapian motor bermasalah. Kami bertiga pada posisinya masing-masing, Momon memegang kabel busi, Ario siap pada posisi kaki untuk mengengkol motor, dan aku pada posisi paling nyaman, menyimak dari jok motor. Tiba-tiba saat bersamaan, selang bensin yang menuju ke karburator terlepas... “duarrrr” (sebenarnya nggak ada suaranya sih, ini dibuat-buat aja.) api pun dengan cepatnya membesar. Kami bertiga sedikit menjauh, selama beberapa detik hanya menatap dan berkata dalem hati “Apa ini? Apakah motor ini akan berubah menjadi sebuah robot? Seperti di film-film transformers? Apakah dia bagian dari decepticon atau autobots? Cukup. Motor ini hanya terbakar. Hah? Motor ini TERBAKAR!!! Tolooong.. Kebakaraaan..tolooong.. kami berteriak dan nggak tau harus ngapain.
Saat melihat api yang mulai agak besar, yang terpikir adalah air. Iya, air. Karena panik jadi nggak melihat adanya air (padahal disebelah rumah terdapat sebuah drum yang menampung air hujan, dan didepan rumahnya ada got/ parit dengan air yang mengalir) aku berlari kedalam warung makan. Saat itu masih panik dan bingung harus mencari air di mana.
Aku langsung menuju kedapur warung dan berharap ada secercah harapan disana sambil membayangkan ada sosok bidadari yang menyapa dan mengatakan “tenang sayang, kamu ganteng hari ini.” Pffftt..
Didalam dapur aku melihat sosok wanita, tepatnya ibu-ibu yang lagi asik jongkok mencuci piring dan disebelahnya terdapat sebuah baskom yang berisikan air. Binggo! Mataku berbinar-binar. Tanpa berfikir panjang, dan tanpa berkata apa-apa, baskom berisikan air aku angkat. Tidak, aku bawa lari sementara si ibu-ibu pembantu tadi sedang mengerjakan tugasnya. Eeeh, mau dibawa kemana anak ku mas? Maksudnya baskom tadi. (baiklah, dialognya aku ulang). Eeeh, mau dibawa kemana baskomnya mas? Woii..wooii..
Aku tak lagi mendengar jeritan si ibu itu. Karena takut semua orang disekitar warung tersebut panik, aku juga nggak mau berteriak-teriak kalau disebelah warung ada motor yag terbakar. Aku juga nggak seberapa yakin sih, motornya kebakar beneran atau kedua temen ku cuman iseng-iseng aja main api. Ntar kalau sudah pas tereak-tereak nyaring-nyaring gitu trus orang-orang sekampung denger panik pada datangan dan nggak taunya ini bukan kebakaran tapi ulah iseng tiga pemuda kampret yang lagi mencari jati diri.
Sesampainya diluar (dalem hati bangga, sempet mikir kalau aku akan jadi penyelamat kalian hari ini wahai manusia..hahahhaaa), aku segera menyiramkan seluruh air yang berada didalam baskom yang aku bawa, byuuurrr.. dan ternyata, nggak ngaruh sama sekali. Rasanya itu api sambil ketawa-ketawa trus ngomong, gatel nyet! Aku shiiyoook! Nggak tau harus berbuat apalagi.
Masa sih aku harus nyerah gitu aja, kalau motor ini kebakar, trus rumahnya ikutan kebakar, terus apinya membesar dan seluruh kampungku ikut terbakar juga? Gimana nasib kami bertiga? Gimana nasib warga-warga disini? Gimana kalau rumahku ikutan kena juga? Gimana nasib kasur kesayanganku? Sebagai manusia biasa aku takut. Oke, cukup!
Aku kembali berlari kedalam warung, dan kali ini tidak mudah. Beberapa ibu-ibu sudah berdiri didepanku, aku menatap mata mereka yang penuh dengan rasa penasaran, mereka seperti sudah nggak sabar menantikan gosip terbaru yang ditunggu-tunggu sekian lama. Ah, itu ada kebakaran diluar, kataku dengan nada datar biar nggak ada yang panik atau pingsan. DI MANA MAS?? KAPAN? SUDAH PADAM APA BELUM? TERUS SIAPA YANG BAKAR-BAKAR? APA YANG KEBAKAR MAS? JAWAB MAS.. JAWAB.. Ibu-ibu mulai panik. Aku jawab belum. Minta airnya lagi ya bu (mencoba tetep kalem biar dikatain cowok yang tegar, tabah, dan amanah).
Setelah sekitar sepuluh menit yang menegangkan itu api di motor sudah padam. Dan ekspresi yang pertama kali keluar dari kami bertiga adalah ketawa, haha.. goblok!
Eh, iya kronologisnya perlu diceritain juga ya? Baiklah.
Saat itu ada mas-mas yang tinggal disebelah rumah yang ikut memadamkan api menggunakan air yang ada didalam drum, ia sangat kuat, bahkan air dalam drum pun habis dalam sekejap ia guyur ke motor, byurrr... tadaaaa.. api pun lenyap dalam sekejap.
Gimana kabar kedua teman ku? Ternyata mereka selamat. Doa mereka berdua di ijabah sama Allah, alhamdulilah. Ternyata sementara aku berlari-lari mencari air. Mereka berdua? hanya sibuk panik. Pokoknya bengong, teriak-teriak, bengong lagi. Asem.
Setelah api padam, aku melihat sekeliling. Wah, banyak orang? Ada apa ini kumpul-kumpul? Bubar-bubar semua! Orang-orang yang tadinya lewat pada berhenti ikut nonton pertunjukan gratis.
Entahlah ya, sepertinya di mana ada kebakaran, orang-orang pada sibuk juga ndusel-ndusel, sempit-sempitan, berbondong-bondong menuju tempat kejadian untuk melihat bahkan kalau jaman sekarang moment kayak gitu katanya harus diabadikan kedalam bentuk gambar atau foto. Orang kena musibah mbok ya ditolong gitu bukannya di foto mbak, mas. (tapi kan ada petugas yang profesinya memang nolongin korban yang terkena musibah itu mas? Jadi kan ngapain kita ikut-ikutan capek) oke, ini masuk akal juga. Ah, aku labil.
Penderitaan pun berlanjut setelah hari itu. Akibat dari kejadian tersebut, spakbor depan, batok dan lampu depan motor yang baru diganti tidak dapat digunakan lagi. Oh iya, sebelum kejadian ini (motor terbakar) ternyata habis dipakai dan masuk parit ditikungan dekat rumah juga. Dan rusaknya pun dibagian yang sama. Aku sempat mikir, ini motor atau orang yang punya apes banget, belum pernah dibacain buku petunjuk pemakaian kendaraan yang baik dan benar kali ya.
Curiga rentetan indisen yang dialami motor ini secara beruntun di mana sebelumnya yaitu kecelakaan yang menyebabkan motor tersebut masuk di parit dan kali ini, motor ini terbakar sudah direncanakan sejak awal. Ini konspirasi, ini pasti konspirasi, kamera di mana kameranya...
Setelah dipikir, dilihat, ditimbang, dipikir lagi akhirnya keputusan sudah bulat. Motor tersebut harus dipotong rangkanya. Kok bisa? Lha yang rusak cuman di bagian depan motor aja , kok rangkanya ikut-ikutan mau dipotong? Bingung? Aku juga nggak tau isi kepala si momon ini. Iya, sekali lagi ini namanya hobi (hobi itu mahal).
Sempat foto bareng motor keramat. (cee ileeh, posenya apaan nih? geliiiii) :))
0 komentar:
Posting Komentar