Kamis, 29 Januari 2015

Curahan hati fans buat idola

Malam itu aku melihat mu di layar kaca. Tepatnya aku sedang menonton televisi yang sedang menayangkan acara yang bukan kegemaran ku. Aku begitu senang sekali menontonnya  dimana kamu sebagai pembawa acara tersebut. Ah, tapi aku sebenarnya sangat tidak suka tema acara itu. Bagi ku acara tersebut ditonton untuk para .. maaf, “alayers” bangsa ini. Tapi yah, karena kamu ada disitu, segala hal yang aku benci bisa tertutupi, bahkan mungkin nantinya aku termasuk kaum-kaum alayers abg ababil dikarenakan para fans kamu terdiri dari mereka-mereka itu. Tapi bagi aku nggak masalah sih, mungkin ini namanya rasa suka yang berlebihan. Mungkn juga di antara banyak ababil alay itu seperti yang aku alami. Mereka sebenarnya termasuk manusia “normal”  seperti aku sebelumnya. Namun karena, iya, semua karena kamu, kami rela kehilangan kehidupan “normal” tersebut hanya untuk, yah hanya untuk nge-fans sama idola yaitu kamu.
Aku juga masih belum bisa mencerna otak ku yang mana ketika melihat kamu, idola aku, maka perasaan bahagia pun seperti menyerang ku. Entah itu kamu lagi belanja di mall, lagi di dapur masak air, atau bahkan mungkin kamu sedang boker dengan wajah ngeden pun aku bisa bahagia melihatnya. Ya, seperti itulah kami para fans yang menyukai idolanya. Ibarat mereka (para idola) adalah sosok yang paling berharga, panutan, serta rela mungkin mengangkat senjata dan berjuang ketika (idola) kami disudutkan atau disakiti. Walaiupun entah yang mereka lakukan itu benar atau salah, kami para fans (fanatik) tetap membela idola kami dengan segala macam cara dan dukungan. Nggak heran sih banyak para selebritis yang telah terjerat kasus hukum di negara ini tetap mempunyai tempat di hati para fans-nya.
Bodoh? Iya. Memang, kami pun para fans terkadang menyadari apa yang kami alami. Tapi mau bagaimana lagi, kami ditakdirkan untuk itu. Sekali lagi aku katakan, kalau semua tingkat kecerdasan, logika berfikir dan intelektualitas kami tertutupi dengan perasaan “nge-fans” terhadap idola kami. Apapun anggapan orang, kami tetap mengidolakan idola kami. Sekian.
Sangat mengegelitik ya. Disini saya mencoba menulis dari sudut pandang lovers atau fans yang mengidolakan idolanya yang kebanyakan selebritis. Ya walaupun sejujurnya saya dengan sangat menyesal tidak mempunyai idola, baik di tanah air maupun mancanegara. Salam.

Umur

Umur itu gak harus sesuai dengan wajah. Beda sama yang namanya kelakuan.
Begitulah kita sebagai seorang manusia normalnya, setiap hari angka diumur perlahan bertambah dan setiap saat juga kulit menanti untuk menjadi keriput. Jadi, mengapa banyak orang yang mendambakan wajah yang awet muda, sementara gejala penuaan itu memang manusiawi dan semua orang mengalami.
Tadi, untuk hari ini aja saya sudah dua kali dipanggil “pak” sama orang yang masih muda, yang umurnya hanya terpaut beberapa tahun diatas saya. Siang mbak. Saya menyapa orang tersebut. Oh, selamat siang pak jawabnya. Dalam hati saya bergumam, aduh tadi apa salah panggil atau mata mbak-mbak  ini lagi ketiban belekan akut jadi nggak bisa liat wajah saya yang masiha belia ini. Tapi setelah menghitung-hitung umur sekarang, saya memang sudah sepantasnya dipanggil bapak sih. Mengingat kawan dan lingkungan sekitar kampung saya yang seumuran dengan saya sudah berkeluarga dan rata-rata punya anak.
Sebenarnya bertambah tua itu harus disyukuri ya, asal jangan kelakuannya tertinggal jauh dari umur yang seharusnya. Mungkin untuk pemanasan cukup sekian aja kali bacaannya. Salam.