Di dalam diri kalian punya jiwa penolong? Kalau ada saya ucapkan selamat. Karena kalian termasuk manusia yang luar biasa. Coba kita liat para relawan-relawan yang bekerja tanpa mengharap sesuatu seperti upah dan sebagainya untuk membantu saudara kita yang terkena musibah seperti bencana alam. Tanpa kita tau seberapa lelah mereka, tanpa kita melihat apakah mereka masih mempunyai tenaga atau mereka masih memaksakannya. Iya, itu dari segi fisik. Bagaimana dari hati mereka? Terus terang, terkadang kita yang baru niat menolong aja biasanya hati sudah mikir ini itu. Belum berbuat apa-apa sudah ragu-ragu.
Pernah meneruskan pesan siaran/ broadcast? Atau memberitakan suatu informasi yang kita anggap info tersebut penting dan harus di bagi agar kawan, kerabat, saudara atau orang lain yang ada di kontak bbm kita ikut mengetahui? Ya, saya pernah. Saya termasuk orang yang jarang atau hampir nggak pernah mem-broadcast suatu pesan atau informasi kepada nama-nama yang berada di kontak bbm saya. Tapi kali itu, saya menerima sebuah pesan di mana isinya adalah seseorang yang sedang membutuhkan darah setelah habis menjalani operasi dikarenakan darah orang tersebut kurang dan langka dan kebetulan stock darah yang di butuhkan di PMI lagi kosong. Maka informasi tersebut saya anggap penting dan perlu di share. Tanpa berfikir saya copy-paste pesan tersebut lalu saya kirim. Ya, melalui broadcast juga.
Selang beberapa menit kemudian *pesan bbm masuk* segera saya buka. Dan kaget baca isinya. Pesan ini dari temen, ya nggak seberapa kenal betul sih. Katanya gini “eh ed, yakin itu bukan penipuan? Kalau ternyata iya penipuan gimana? Kamu mau tanggung jawab? Kan kamu yang share.” Saya kaget. Kok? Lah saya kan niatnya nolong, kan saya cuma mau membantu yang lagi kesusahan (saya bergumul dalam hati). Saya diam, mencoba mencerna maksud dari pesannya dia. Saya mencoba koreksi di mana salahnya. Dan nggak lama kemudian *pesan bbm masuk lagi* kali ini dengan orang yang berbeda. Dia mengatakan dalam pesannya yang masuk ke saya “siapa itu yang butuh darah? Kamu kenal? Terus dia tinggal dimana? Kamu yakin ini infonya bener dan bukan penipuan?” oke. Kali ini saya nggak terlalu kaget seperti pesan yang masuk pertama tadi. Tapi saya masih belum menjawab pesan dari mereka berdua. Terus terang waktu itu saya bingung. Saya menggerutu dalam hati “kok bisa sih? Saya kan hanya niat menolong. Kok saya merasa disalahkan?” belum habis-habis saya berfikir tentang dua pesan dari temen saya itu, eh nggak lama *pesan bbm masuk lagi* dan ini adalah ketiga kalinya dari orang yang berbeda. Ia mengatakan dalam pesannya “itu penipuan mas, aku pernah dapat broadcast yang kurang lebih isinya seperti itu”. Saya mencoba menerka, mungkin darah tersebut akan di jadikan bisnis oleh pelaku. Mungkin..
Dalam kasus yang lain lagi tapi masih berkaitan dengan suatu hal yang di mana rasa solidaritas atau jiwa sosial kita di pertanyakan disini. Kalau di tanya “Masihkah kita perduli kepada sesama? Masihkah kita mampu menolong kawan atau kerabat kita walaupun hanya dengan ucapan? Jawabannya tergantung dari hati dan tindakan kita setelah menerima kabar tersebut.”
Ada seorang teman mengirimkan pesan kepada saya. Ya, kali ini masih berhubungan dengan pesan atau bbm. Ia mengatakan kalau saat ini membutuhkan dana dan berniat akan menjual hp yang di milikinya. “ed, tolong bantu jualkan hp ku dong, aku butuh uang nih. Sebentar foto barang/ hp nya aku kirim biar enak kamu tawarin ketemen-temen kamu ya.” tanpa mempertanyakan ia kenapa menjualnya? Butuh uang karena apa? saya langsung berkata “oke, kirim aja gambarnya”. Lalu dengan segera saya share foto barangnya beserta harga yang dia tawarkan tadi di grup bbm saya. Nggak sampai semenit ada notif masuk lalu saya buka. *mengerutkan dahi* *kemudian menutup dan mengantongi hp*
Obrloan yang pertama masuk isinya adalah “MAHAAAAALLLLL” masa sih? (lagi-lagi saya menggerutu dalam hati). Setahu saya, harganya (dulu) segitu kok. Lalu terfikir kata (dulu). Eh, beneran ya? *mulai ragu*. Nggak lama kemudian obrolan yang lain masuk: “gilaaaakk.. kemaren temanku jual ini hp nggak semahal ini.. woii bro, kalau mau ambil untung kira-kira dong..” terus terang ini pesan pedih pas di baca pertama kali. Pedih tau.. pedih.
Lalu saya membalas obrolan teresebut: “aku nggak ambil untung. Cuma bantu temen jualin aja. Orang yang punya kasih harga segitu ya aku tulis segitu juga”. Kepikiran lagi, trus keingat dulu sempat nge-share tentang orang yang butuh darah. Niat awalnya juga sama “hanya ingin menolong orang lain” dan ternyata semua itu nggak seperti kita bayangkan. Ternyata ada langkah yang harus dilakukan sebelum kita berfkir dan bisa mewujudkan keinginan kita untuk “membantu atau menolong orang lain” tadi.
Baiklah, saya mulai yakin kalau saya salah. Terus salahnya di mana? Saya mencoba mengingat-ingat apa saja yang saya lakukan setelah menerima (dua kasus diatas) broadcast dan pesan waktu pertama kali tadi. Ternyata saya mendapat suatu pelajaran disini. Yang pertama jangan lupa mengecek sumber informasi atau siapa orang yang membutuhkan bantuan. Seperti menghubungi nomor yang ada pada isi pesan tersebut. Ya mungkin aja yang angkat teleponnya itu jodoh :D. Bukan, maksudnya mungkin saja informasi tersebut benar atau untuk memastikan agar jelas ini penipuan atau tidak. Lalu coba googling tentang kasus-kasus atau hal yang berkaitan dengan isi pesan tadi, ini berlaku juga dengan berjualan hp. Jadi, biasakan mengecek harga barang yang akan dijual untuk mengetahui harga pasaran saat itu. Karena setiap bulan harga jual barang bisa berubah-ubah. Biar nggak dikatain penjual-dadakan-yang-cuman-modal-ngomong-sama-ngetik doang-dan-mau-ambil-untung-banyak, maka untuk mengetahui harga sangatlah penting.
Jadi, intinya ada perubahan dalam diri saya setelah kejadian yang saya alami di atas. Mungkin kalian juga merasakan hal yang sama. Saya mulai mempertanyakan jiwa sosial saya, juga rasa tolong menolong terhadap sesama. Atau apa namanya? Empati? Ya, mungkin rasa empati saya perlahan-lahan semakin hilang. Secara nggak sadar hal-hal tersebut telah perlahan di bunuh oleh prasangka dan kewaspadaan serta rasa waswas yang teramat sangat. Karena setiap menerima pesan yang berisikan memohon bantuan, maka respon yang pertama adalah berprasangka yang tidak benar. Terkadang bahkan mengabaikan. Apakah hal ini bisa dicegah? Entahlah. Sepertinya tidak. Sekian.
Pernah meneruskan pesan siaran/ broadcast? Atau memberitakan suatu informasi yang kita anggap info tersebut penting dan harus di bagi agar kawan, kerabat, saudara atau orang lain yang ada di kontak bbm kita ikut mengetahui? Ya, saya pernah. Saya termasuk orang yang jarang atau hampir nggak pernah mem-broadcast suatu pesan atau informasi kepada nama-nama yang berada di kontak bbm saya. Tapi kali itu, saya menerima sebuah pesan di mana isinya adalah seseorang yang sedang membutuhkan darah setelah habis menjalani operasi dikarenakan darah orang tersebut kurang dan langka dan kebetulan stock darah yang di butuhkan di PMI lagi kosong. Maka informasi tersebut saya anggap penting dan perlu di share. Tanpa berfikir saya copy-paste pesan tersebut lalu saya kirim. Ya, melalui broadcast juga.
Selang beberapa menit kemudian *pesan bbm masuk* segera saya buka. Dan kaget baca isinya. Pesan ini dari temen, ya nggak seberapa kenal betul sih. Katanya gini “eh ed, yakin itu bukan penipuan? Kalau ternyata iya penipuan gimana? Kamu mau tanggung jawab? Kan kamu yang share.” Saya kaget. Kok? Lah saya kan niatnya nolong, kan saya cuma mau membantu yang lagi kesusahan (saya bergumul dalam hati). Saya diam, mencoba mencerna maksud dari pesannya dia. Saya mencoba koreksi di mana salahnya. Dan nggak lama kemudian *pesan bbm masuk lagi* kali ini dengan orang yang berbeda. Dia mengatakan dalam pesannya yang masuk ke saya “siapa itu yang butuh darah? Kamu kenal? Terus dia tinggal dimana? Kamu yakin ini infonya bener dan bukan penipuan?” oke. Kali ini saya nggak terlalu kaget seperti pesan yang masuk pertama tadi. Tapi saya masih belum menjawab pesan dari mereka berdua. Terus terang waktu itu saya bingung. Saya menggerutu dalam hati “kok bisa sih? Saya kan hanya niat menolong. Kok saya merasa disalahkan?” belum habis-habis saya berfikir tentang dua pesan dari temen saya itu, eh nggak lama *pesan bbm masuk lagi* dan ini adalah ketiga kalinya dari orang yang berbeda. Ia mengatakan dalam pesannya “itu penipuan mas, aku pernah dapat broadcast yang kurang lebih isinya seperti itu”. Saya mencoba menerka, mungkin darah tersebut akan di jadikan bisnis oleh pelaku. Mungkin..
Dalam kasus yang lain lagi tapi masih berkaitan dengan suatu hal yang di mana rasa solidaritas atau jiwa sosial kita di pertanyakan disini. Kalau di tanya “Masihkah kita perduli kepada sesama? Masihkah kita mampu menolong kawan atau kerabat kita walaupun hanya dengan ucapan? Jawabannya tergantung dari hati dan tindakan kita setelah menerima kabar tersebut.”
Ada seorang teman mengirimkan pesan kepada saya. Ya, kali ini masih berhubungan dengan pesan atau bbm. Ia mengatakan kalau saat ini membutuhkan dana dan berniat akan menjual hp yang di milikinya. “ed, tolong bantu jualkan hp ku dong, aku butuh uang nih. Sebentar foto barang/ hp nya aku kirim biar enak kamu tawarin ketemen-temen kamu ya.” tanpa mempertanyakan ia kenapa menjualnya? Butuh uang karena apa? saya langsung berkata “oke, kirim aja gambarnya”. Lalu dengan segera saya share foto barangnya beserta harga yang dia tawarkan tadi di grup bbm saya. Nggak sampai semenit ada notif masuk lalu saya buka. *mengerutkan dahi* *kemudian menutup dan mengantongi hp*
Obrloan yang pertama masuk isinya adalah “MAHAAAAALLLLL” masa sih? (lagi-lagi saya menggerutu dalam hati). Setahu saya, harganya (dulu) segitu kok. Lalu terfikir kata (dulu). Eh, beneran ya? *mulai ragu*. Nggak lama kemudian obrolan yang lain masuk: “gilaaaakk.. kemaren temanku jual ini hp nggak semahal ini.. woii bro, kalau mau ambil untung kira-kira dong..” terus terang ini pesan pedih pas di baca pertama kali. Pedih tau.. pedih.
Lalu saya membalas obrolan teresebut: “aku nggak ambil untung. Cuma bantu temen jualin aja. Orang yang punya kasih harga segitu ya aku tulis segitu juga”. Kepikiran lagi, trus keingat dulu sempat nge-share tentang orang yang butuh darah. Niat awalnya juga sama “hanya ingin menolong orang lain” dan ternyata semua itu nggak seperti kita bayangkan. Ternyata ada langkah yang harus dilakukan sebelum kita berfkir dan bisa mewujudkan keinginan kita untuk “membantu atau menolong orang lain” tadi.
Baiklah, saya mulai yakin kalau saya salah. Terus salahnya di mana? Saya mencoba mengingat-ingat apa saja yang saya lakukan setelah menerima (dua kasus diatas) broadcast dan pesan waktu pertama kali tadi. Ternyata saya mendapat suatu pelajaran disini. Yang pertama jangan lupa mengecek sumber informasi atau siapa orang yang membutuhkan bantuan. Seperti menghubungi nomor yang ada pada isi pesan tersebut. Ya mungkin aja yang angkat teleponnya itu jodoh :D. Bukan, maksudnya mungkin saja informasi tersebut benar atau untuk memastikan agar jelas ini penipuan atau tidak. Lalu coba googling tentang kasus-kasus atau hal yang berkaitan dengan isi pesan tadi, ini berlaku juga dengan berjualan hp. Jadi, biasakan mengecek harga barang yang akan dijual untuk mengetahui harga pasaran saat itu. Karena setiap bulan harga jual barang bisa berubah-ubah. Biar nggak dikatain penjual-dadakan-yang-cuman-modal-ngomong-sama-ngetik doang-dan-mau-ambil-untung-banyak, maka untuk mengetahui harga sangatlah penting.
Jadi, intinya ada perubahan dalam diri saya setelah kejadian yang saya alami di atas. Mungkin kalian juga merasakan hal yang sama. Saya mulai mempertanyakan jiwa sosial saya, juga rasa tolong menolong terhadap sesama. Atau apa namanya? Empati? Ya, mungkin rasa empati saya perlahan-lahan semakin hilang. Secara nggak sadar hal-hal tersebut telah perlahan di bunuh oleh prasangka dan kewaspadaan serta rasa waswas yang teramat sangat. Karena setiap menerima pesan yang berisikan memohon bantuan, maka respon yang pertama adalah berprasangka yang tidak benar. Terkadang bahkan mengabaikan. Apakah hal ini bisa dicegah? Entahlah. Sepertinya tidak. Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar